Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Post Ticker

6/recent/ticker-posts

Setia Walau tidak ada alasan.

Semua orang pasti menginginkan kesetiaan, tidak ada yang mau dikhianati. Khususnya kita masih yang muda kita suka dengan kesetiaan, kesetiaan  pasangan kita dan kesetiaan teman kita. Tuhan juga mau kita setia dalam segala.  Tapi sayangnya kesetiaan itu tidak semudah yang kita pikir, tidak semudah  membalik tangan. Kesetiaan akan selalu diuji dan membutuhkan proses yang lama, dan harga yang kita bayar bukanlah gampang tetapi menguras seluruh totalitas hidup kita.

Saya mulai terlibat pelayanan umur 16 tahun dan saya sekarang saya sudah 28 tahun, jadi sudah 12 tahun. Banyak rintangan yang saya lalui, dan seringkali ditantang untuk tidak setia. Kadang mau menyerah saja, karena kelihatan semua yang saya lakukan hanya buang-buang waktu. Apalagi masih muda cenderung maunya instan, tetapi tidak ada jalan instan untuk setia.

Saya masih ingat pertama kali saya “give up”, beberapa bulan setelah saya tamat dari sekolah alkitab. Saat itu saya masih 21 tahun. Saat itu menurut saya tantangan yang saya hadapi sudah terlalu berat, saya sudah tidak kuat, saya mau ambil jalan pintar, saya mau tinggal pelayanan dengan diam-diam, juga juga tidak cerita dengan siapa-siapa. Saya ingat hari itu hari minggu, tapi saya harus pelayanan di singer. Saya pikir saya akan kabur setelah pelayanan, karena semua barang-barang saya sudah saya pack. Hari itu pengkhotbahnya dari Belanda.  Saat itu masih suasana penyembahan dan Wl, mengundang dia untuk maju. Setelah dia tiba di mimbar, dia langsung dekati saya, dan bilang “ I call you a man of God” saya jawab “ Yes”, dia ulang lagi “ I call you a man of God”, saya jawab “ Yes”, trust dia ulang lagi “ I call you a man of God”, saya  tidak jawab dan saya lasung menangis,  dia berkata: “ My brother,  do not stop, do not give up, do not quit, you haven’t finishes yet, stay faithfull”. Saya hanya bisa menangis dalam hadirat Tuhan, apalagi dia minta semua jemaat berjanji setia mendoakan saya, dan jemaat mengamenkannya.

Sebelum saya berangkat ke afrika selatan kedala saya adalah financial. Mulai dari biaya transport untuk pengurusan berkas-berkas,  juga biaya medical check up, visa dan ticket. Saat itu kelihatannya sangat mustahil bagi saya, tapi saya percaya saja. Tapi ada kalanya saya mau menyerah juga, saya sudah berusaha semaximal mungkin tapi tetap tidak ada hasil. Sampai satu hari, saya sudah hampir putus asa, tidak ada alasan lagi untuk saya berangkat. Saya share dengan teman-teman dan mereka menguatkan saya. Sehingga saya tetap kuat. Dan Puji Tuhan, Tuhan menggenapi seperti apa yang mereka katakan (saya menunggu keberangkatan 1 tahun, 1 bulan).

Setelah tiba di afrika Selatan, bukan berarti pelayanan jadi mulus. Kami pelayanan khusus kejalanan menjangkau para pemabuk setiap hari sabtu.  Kadang kami bertemu dengan orang yang sama, kadang yang baru, tapi mayoritas adalah orang-orang yang baru. Kami selalu datang ke tempat yang sama. Kami tetap setiap beritakan injil. Hal yang aneh adalah mereka mau percaya sama Yesus tetapi mereka masih tetap mabuk. Tetapi kami tidak menyerah sampai disitu saja. Saya ingat hari itu, waktu saya datang dengan teman saya ke tempat yang dimana kami bisa penginjilan. Hari itu mereka berkumpul dan putar music sekeras-kerasnya dan mereka menari-nari. Tidak ada alasan untuk untuk mendekati mereka, dan kelihatanya orang yang kita layani juga terlibat didalamnya. Tertantang juga untuk menyerah dan cari tempat lain. Mau share juga music terlalu keras dan semua perhatian mereka. Jadi kami hanya bisa share dengan beberapa orang saja.

Walau seperti itu kami tetap mau setiap, walau tidak ada alasan lagi bisa menjangkau mereka, kami tetap datang setiap sabtu (karena senin-jumat mereka kerja, sabtu-minggu khusus mabuk). Hari itu saya putuskan untuk khotbat terbuka, bukan share perorangan, ketika saya mulai berkhotbah, orang-orang mulai menaruh perhatian, dan beberapa dari mereka datang mendekat, mereka singkirkan botol minuman mereka dan mulai fokus pada firman Tuhan. Setelah saya khotbah, saya tatang mereka meresponi firman Tuhan dan semua mereka meresponi.  Setelah kami sudah selesai pelayanan, satu dari mereka datang dan bicara mewakili teman-temannya. Dia bilang “ thank you so much, since we don’t go to church, we have been blesses and we are happy, and now we have felt at church”. Kata-katanya itu membuat saya lupa semua ritangan yang kami hadapi selam 3 bulan. Dan apa yang dia bilang itu terbukti, waktu kami datang setelah peristiwa itu, mereka lihat kami, mereka langsung datang semua, dan bersiap-siap untuk ibadah di tempat terbuka.

Jadi buat reader semua, lewat kesaksian ini saya mau mingingatkan supaya kita tetP setia, walau kadang-kadang sudah tidak ada alasan. KALAU KITA SETIA KARENA ADA ALASAN ITU BIASA, TETAPI KALAU KITA TETAP SETIA WALAU KELIHATANNYA TIDAK ADA ALASAN UNTUK SETIA, ITU ADALAH HAL YANG SANGAT LUAR BIASA.