Semua orang pasti menginginkan kesetiaan, tidak ada yang mau dikhianati.
Khususnya kita masih yang muda kita suka dengan kesetiaan, kesetiaan pasangan kita dan kesetiaan teman kita. Tuhan juga mau kita setia dalam segala. Tapi sayangnya kesetiaan itu tidak semudah yang kita pikir, tidak semudah membalik
tangan. Kesetiaan akan selalu diuji dan membutuhkan proses yang lama,
dan harga yang kita bayar bukanlah gampang tetapi menguras seluruh
totalitas hidup kita.
Saya mulai terlibat pelayanan umur 16
tahun dan saya sekarang saya sudah 28 tahun, jadi sudah 12 tahun.
Banyak rintangan yang saya lalui, dan seringkali ditantang untuk tidak
setia. Kadang mau menyerah saja, karena kelihatan semua yang saya
lakukan hanya buang-buang waktu. Apalagi masih muda cenderung maunya
instan, tetapi tidak ada jalan instan untuk setia.
Saya masih
ingat pertama kali saya “give up”, beberapa bulan setelah saya tamat
dari sekolah alkitab. Saat itu saya masih 21 tahun. Saat itu menurut
saya tantangan yang saya hadapi sudah terlalu berat, saya sudah tidak
kuat, saya mau ambil jalan pintar, saya mau tinggal pelayanan dengan
diam-diam, juga juga tidak cerita dengan siapa-siapa. Saya ingat hari
itu hari minggu, tapi saya harus pelayanan di singer. Saya pikir saya
akan kabur setelah pelayanan, karena semua barang-barang saya sudah
saya pack. Hari itu pengkhotbahnya dari Belanda. Saat
itu masih suasana penyembahan dan Wl, mengundang dia untuk maju. Setelah dia tiba di mimbar, dia langsung dekati saya, dan bilang “ I call
you a man of God” saya jawab “ Yes”, dia ulang lagi “ I call you a man
of God”, saya jawab “ Yes”, trust dia ulang lagi “ I call you a man of
God”, saya tidak jawab dan saya lasung menangis, dia berkata: “ My brother, do
not stop, do not give up, do not quit, you haven’t finishes yet, stay
faithfull”. Saya hanya bisa menangis dalam hadirat Tuhan, apalagi dia minta
semua jemaat berjanji setia mendoakan saya, dan jemaat mengamenkannya.
Sebelum saya berangkat ke afrika selatan kedala saya adalah
financial. Mulai dari biaya transport untuk pengurusan berkas-berkas, juga
biaya medical check up, visa dan ticket. Saat itu kelihatannya sangat
mustahil bagi saya, tapi saya percaya saja. Tapi ada kalanya saya mau
menyerah juga, saya sudah berusaha semaximal mungkin tapi tetap tidak
ada hasil. Sampai satu hari, saya sudah hampir putus asa, tidak ada
alasan lagi untuk saya berangkat. Saya share dengan teman-teman dan
mereka menguatkan saya. Sehingga saya tetap kuat. Dan Puji Tuhan, Tuhan menggenapi seperti apa yang mereka katakan (saya menunggu keberangkatan
1 tahun, 1 bulan).
Setelah tiba di afrika Selatan, bukan berarti
pelayanan jadi mulus. Kami pelayanan khusus kejalanan menjangkau para
pemabuk setiap hari sabtu. Kadang kami bertemu
dengan orang yang sama, kadang yang baru, tapi mayoritas adalah
orang-orang yang baru. Kami selalu datang ke tempat yang sama. Kami
tetap setiap beritakan injil. Hal yang aneh adalah mereka mau percaya
sama Yesus tetapi mereka masih tetap mabuk. Tetapi kami tidak menyerah
sampai disitu saja. Saya ingat hari itu, waktu saya datang dengan teman saya
ke tempat yang dimana kami bisa penginjilan. Hari itu mereka berkumpul
dan putar music sekeras-kerasnya dan mereka menari-nari. Tidak ada
alasan untuk untuk mendekati mereka, dan kelihatanya orang yang kita
layani juga terlibat didalamnya. Tertantang juga untuk menyerah dan cari
tempat lain. Mau share juga music terlalu keras dan semua perhatian
mereka. Jadi kami hanya bisa share dengan beberapa orang saja.
Walau seperti itu kami tetap mau setiap, walau tidak ada alasan lagi
bisa menjangkau mereka, kami tetap datang setiap sabtu (karena
senin-jumat mereka kerja, sabtu-minggu khusus mabuk). Hari itu saya
putuskan untuk khotbat terbuka, bukan share perorangan, ketika saya
mulai berkhotbah, orang-orang mulai menaruh perhatian, dan beberapa dari
mereka datang mendekat, mereka singkirkan botol minuman mereka dan
mulai fokus pada firman Tuhan. Setelah saya khotbah, saya tatang mereka
meresponi firman Tuhan dan semua mereka meresponi. Setelah
kami sudah selesai pelayanan, satu dari mereka datang dan bicara
mewakili teman-temannya. Dia bilang “ thank you so much, since we don’t
go to church, we have been blesses and we are happy, and now we have
felt at church”. Kata-katanya itu membuat saya lupa semua ritangan yang
kami hadapi selam 3 bulan. Dan apa yang dia bilang itu terbukti, waktu
kami datang setelah peristiwa itu, mereka lihat kami, mereka langsung
datang semua, dan bersiap-siap untuk ibadah di tempat terbuka.
Jadi buat reader semua, lewat kesaksian ini saya mau mingingatkan
supaya kita tetP setia, walau kadang-kadang sudah tidak ada alasan.
KALAU KITA SETIA KARENA ADA ALASAN ITU BIASA, TETAPI KALAU KITA TETAP
SETIA WALAU KELIHATANNYA TIDAK ADA ALASAN UNTUK SETIA, ITU ADALAH HAL
YANG SANGAT LUAR BIASA.