Setiap kali kami pergi penginjilan tempat dimana kami biasa berdiri,
selalu ada pengalaman yang menarik. Walau orang yang lewat tidak seperti
sabtu lalu, tapi sangat berkesan. Saya menyapa seorang ibu tua dalam
SeSotho (basaha local). Sayang sekali saya belum menguasa bahasa itu
karena saya tau dia punya kerinduan untuk mengenal Tuhan, dia mengerti
Afrikaans. Saya coba bilang Yesus mengasihi dia, dia sangat sengat.
Setelah dia pergi, team kami yang lain datang dan saya pesan mereka
untuk menemui ibu itu, Puji Tuhan ibu ini menerima Tuhan Yesus dan
berjanji akan temui mereka minggu depan.
Sambil menunggu jemputan, saya bilang sama teman “bisa tidak saya
beroleh kemurahan dari kamu?” dia bilang dengan senang hati. Lalu saya
lanjut “bisa tidak kamu transfer bahasamu ke otak saya”? dia tertawa dan
terbahak-bahak. Ketika kami tiba di tempat yang kedua, kami menemukan
masalah yang sama, mereka kurang bisa mengerti ingris. Sebelum pulang
ada seorang bapak, dia juga kurang bisa bahasa ingris, dia bisa
Afrikaans dan beberapa bahasa lokal. Akhir saya beranikan diri, tolong
bicara Seshoto. Puji Tuhan saya mengerti sedikit. Teman saya juga
belajar SeZulu, dia juga bicara SeZulu keteman saya. Didalam
keterbatasan kami bisa tertawa bareng. (Tapi saya bertanya “apakah kami
saat tertawa, kami sedang menertawakan hal yang sama”)