TEMPO.CO , Jakarta:Tindakan
yang dianggap kejam di Panti Asuhan Samuel, Gading Serpong, Tangerang,
Banten, terhadap anak asuhnya terungkap berkat laporan awal dari satu
dari anak asuh di sana. Henokh, 20 tahun, merupakan pelapor sekaligus
anak asuh tertua. Henokh mengaku tidak tega melihat anak-anak asuh di
panti yang didirikan Pendeta Samuel Watulingan dan Yeni Winata itu
disiksa.
Henokh pertama kali melapor kepada Deborah (47),
seorang donatur rutin Samuel di Gereja Bethel Indonesia Sangkakala,
Karawaci. "Awalnya, saya tidak percaya dengan laporannya (Henokh).
Namun, setelah diselidiki, ternyata memang benar terjadi kekerasan,"
kata Deborah, Senin, 24 Februari 2014.
Henokh, selaku pelapor,
mengatakan aksi kejam panti muncul perlahan sejak tahun 2002. Henokh
mengatakan, tahun 2002 adalah tahun di mana Panti Asuhan Samuel pertama
kali terbentuk dan tahun pertama kali dirinya masuk ke sana. "Umur saya
11 tahun saat itu."
Henokh menuturkan, kekerasan yang muncul
di panti pada awal berdirinya lebih ke psikis dibanding fisik. Adapun
kekerasan itu, kata Henokh, berupa hinaan dan makian. "Kalau lagi
marah, ayah dan bunda hanya memarahi saya saja, tapi perlahan mulai
memukul anak-anak," kata dia.
Perlakuan kasar itu, kata
Henokh, membuatnya tak betah di panti. Ia kerap berontak dengan
pengelola hingga akhirnya diusir pada Februari 2013. "Saya kemudian
menetap di tempat saudara, di Bogor, Jawa Barat," kata dia.
Henokh hanya menumpang di tempat saudara selama dua bulan. Setelah dua
bulan, Henokh berkata dirinya pindah ke Pademangan, Jakarta Utara, untuk
bekerja sebagai pekerja administrasi. Pekerjaan itu pun, kata Henokh,
tak bertahan lama. Ia hanya tujuh bulan kerja sampai akhirnya diminta
kembali ke panti atas permintaan kepala yayasan.
"Karena saya
merasa ada hutang budi, saya memutuskan kembali,” kata dia. “Tetapi,
sesampainya di sana, saya melihat ternyata anak-anak masih disiksa."
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/02/25/064557229/Pelapor-Kekerasan-Anak-di-Panti-Asuhan-Samuel