Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Post Ticker

6/recent/ticker-posts

Pertama kali wajahnya bercahaya

Ilustrasi Hati yang dipulihakn. Sumber: Sekolah Keluarga Ministry

Satu bulan saya konseling seorang konseli. Secara fisik orangnya cakap tetapi wajahnya gelap dan muram. Awalnya saya berpikir ini adalah bawaannya, tetapi satu kali dia berbuat kesalahan. Saya panggil dia secara pribadi.

Saya: kenapa kamu berbuat demikian? (Dia hanya diam). Saya tanya lagi; apakah kamu tidak betah di rumah karena papa mamamu suka bertengkar? 

Konseli: Benar pak. 

Saya: Apakah  mereka bertengkar di depanmu? 

Konseli: Benar pak, makanya saya tidak betah di rumah. 

Saya: Apakah papamu pernah pukul kamu? 

Konseli: Pernah pak

Saya: Kapan terakhir?

Konseli: Usia 14 tahun pak.

Saya: Sebelumnya?

Konseli: Saya tinggal dengan mama kandung hanya 7 hari, setelah itu saya dititipkan dengan bibi dan paman. Makanya saya kurang betah di rumah. Saya belum terasa nyaman.

Sehubungan karena waktu saya terbatas, saya meminta dia untuk menulis semua keluhkesahnya dengan papa dan mamanya. Sebelum saya pergi saya berdoa supaya Tuhan tolong dia.

Pertemua kedua:
Pertemuan kedua saya kembali menlanjutkan konseling, meskipun ditenggah-tengah kesibukan saya tetap follow up pekembangannya. 

Saya: Apakah kamu sudah melakukannnya?

Konseli: Saya sudah mencoba tetapi terlalu sulit bagi saya, saya tidak bisa mengampuni papa, kalau mama atau yang lain tidak ada masalah.

Saya: Seperti apa kedekatanmu dengan papamu?

Konseli: Saya dengan papa dan mama tidak terlalu dekat, saya lebih dengan orang tua asuh. Mereka sudah titipkan saya, jadi bagi saya pribadi orang tua asuh saya adalah orang tua kandung saya. Saya kenal ibu kandung waktu umur 10 tahun. Peristiwanya ibu kandung saya datang ke rumah mencari papa asuh saya, saya berpikir papa selingkuh, saya marah-marah. papa menyuruh saya masuk kamar, setelah mereka berdiskusi, akhirnya mama kandung datang ke kamar saya dan peluk saya dan berkata bahwa saya adalah ayahnya.

Saya: Saya berpikir sejak kamu dititip kamu sering dikunjungi.

Konseli: Tidak, mama kunjungi umur sepuluh tahun, kalau papa waktu jemput saya pulang ke jakarta. Saya lebih dekat dengan ibu tetapi dengan papa tidak dekat, bahkan kalau di rumah saya jarang bicara. 

Saya: Bagaimana respon papamu ketika kamu diam?

Konseli: Dia juga tidak terlalu ramah.

Saya: Apakah dia pernah ajak kamu jalan-jalan?

Konseli: Tidak, dia orang protektif, saya tidak diizinkan pakai hp, karena saya sering curhat dengan orang tua asuh. Dia sering marahin saya, bahkan menyita hp saya. Dia selalu curiga dengan saya, dia tidak percaya kalau saya bisa menjaga diri, saya pernah dipukul karena saya pulang terlambat pulang sekolah. Alasannya karena mengasihi saya, tetapi saya jawab kalau mengasihi harusnya percaya, tetapi jawaban saya membuat dia semakin marah.

Saya baru mengerti kenapa dia begitu sulit untuk mengampuni papanya, dia tidak pernah dikunjungi selama dititipkan, dia bertemu papanya setelah 13 tahun. papa yang dikenal berbeda jauh dengan ayah asuhnya, membuat dia tidak nyaman dengan sikap papa yang kasar, suka marah-marah, suka memukul, bahkan bertengkar dengan ibunya didepan matanya sendiri yang selama ini didepan ayah asuhnya hal itu tidak pernah terjadi. Secara batiniah ayah asuhnya tetap adalah ayah kandungnya. Selama ini dikasihi dan diperhatikan dengan baik oleh ayah asuhnya, papanya sudah tidak pernah mengunjungi selama dititip, datang, jemput, bawa pulang, marah-marah dan pukul dia, tidak percaya dan over protektif. Dua sifat kebapaan yang berbeda, meskipun tinggal tidak sampai satu tahun dengan papa kandung hati sudah pahit dan sangat terluka.

Saya tetap memotivasi untuk mengampuni berdasarkan Firman Tuhan. Hanya dengan cara mengampuni dia bisa dipulihkan dan terhindar dari masa depan yang suram, karena psikologinya sangat rapuh dan mudah terpengaruh dengan teman-temannya meskipun menyebut dirinya kristen.

Pertamuan Ketiga:

Saya: apakah kamu sudah melakukannnya?

Konselie: Sulit bapak, saya tidak sanggup mengampuni papa.

Saya: Apakah kamu sudah berdoa dan belajar mengampuni?

Konselie: Sulit bagi saya untuk mengatakan papa.

Saya mencoba membimbing dia berdoa, memang benar, dia sangat sulit mengatakan papa, saya sampai ulang berkali-kali, sangat sulit baginya, bahkan dia memilih untuk diam saja. Ini sudah pertemuan ketiga,saya berpikir saatnya harus memastikan dia percaya Yesus dan menyelesaikan kepahitannya. 

Saya meminta dia menulis semua keluhannya kepada papa, saya melihat meskipun dengan airmata dia berusaha menulis sebanyak mungkin, hampir 1 jam dia menulis keluhannya terhadap papanya, tetapi ketika ibunya 20 menit selesai. Setelah selesai, saya bimbing lagi dengan doa yang sama, kali ini juga masih bergumul, tetapi karena saya ulang-ulang sampai dia bisa berk
ata: saya mengampuni papa, saya mengasihi papa dan saya tidak menuntut kesalahan papa" dengan lancar, demikian juga terhadap ibunya, setelah itu saya pimpin doa petobat baru, dan mendoakan dia. Itulah pertama kali saya melihat wajahnya terang dan bercahaya. Dia menjadi orang berbeda. Setelah itu saya meminta menulis 10 yang baik dari papa dan mamanya. Hasilnya adalah "DASYAT", dia bisa berkata papa dengan mudah dan menyadari papa juga adalah papa yang baik.


Kesaksian ini berdasarkan kisahnya nyata. Bisa dibagikan kepada teman-teman dengan tidak mengurangi atau menambahi kesaksiannya. Bila mau menggunakan sebagai refrensi atau kutipan harap izin terlebih dahulu.